Jumat, 20 Februari 2009

Bait Allah

Lembaga kaidah islam sebagai landasan normatipitas simbolik bagi cara berpikir, bersikap , bertidak serta penghayatan umat islam dalam tata kehidupan keseharian. Pedoman hidup serta kehidupan umat islam yang wajib diyakini dan diamalan sebagia tuntunan kearah tata kehidupan yang hakiki.
Symbol kesejahteraan dan kebahagiaan sebagian buah perjuangan yang berdimensi duniawi dan ukhrawi.
Nama perguruan tinggi la-tansa mashiro di adopsi dari al-quran, surat al-qasroh ayat 77, yang secara hariah mengandung arti, “jangan lupa, tempat kembali”. Secara teerminalogis , maksudnya adalah tidak lain bahwa setiap setiap manusia itu sendiri , bahwa setiap individu pastilah akan kembali kepada sang prima causa yang menciptakan asal mula, perjalanan akhir dari seluruh rangkaian semesta kehidupan ini, yakni ALLAH SWT. Maka sebagai mana diuraikan di atas, pada tataran empirc diaktualisasikan melalui bentuk dan prilaku kehidupan yang memenuhi prinsip keseimbangan (Equilibrum) antara dimensi Ukhrowi yang sejati serta dimensi duniawi yang Profan dari kehidupan ini. Berpijak pada landasan tersebut, maka kifrah serta dinamika Perguruan Tinggi La Tansa Mashiro baik secara centre of trendsetter pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan budaya, sebagai refleksi kesadaran perihal keniscayaan berpeluang kehariban mutlak ALLAH SWT.
KH. Rifa’I Arief adalah seorang tokoh yang semangat membangun, membina umat islam khususnya di Banten, selain itu adalah beliau sosok insan berjiwa besar, lahir dari seorang petani, guru ngaji, yang hidup sederhana, jauh dari hiruk pikuk kehidupan perkotaan.
H. Qasad Mansyur, tidak hanyut terbawa arus yang membahayakan itu mereka mampu bertahan dan akhirnya mampu menciptakan kota di Desanya, membentuk masyarakat yang berbudaya dan berperadaban menyongsong hari depan indah dengan senyuman. Ia ingin banyak santri di berbagai lapisan masyarakat. Ada birokrat santri, ada pejabat santri, ada pengusaha santri, ada perwira santri,anggota parlemen santri dll.
Kegigihan KH. Rifa’I Arief dalam mengawal Perguruan ini memang luar biasa karena tantangan yang sangat berat da besarnya dana yang harus dikeluarkan meskipun demikian KH. Ahmad Rifa’I Arief tetap tegar menghadapinya karena menurut beliau Perguruan Tinggi ini merupakan satu-kesatuan integral dengan produk pesantren untuk mewujudkan intelektual muslim.

Pada bulan Juni 1997 Perguruan Tinggi La Tansa Mashiro kehilangan KH. Rifa’I Arief, beliau adalah pendiri, donator utama disainer bahkan pemilik yang tidak ingin memilikinya, apalagi menguasainya.

La Tansa memiliki gedung sendiri, sekitar Bulan Oktober 1996. Pada saat itu jumlah Mahasiswa STIE yang aktif sekitar 68 orang dan STAI dipimpin oleh H.M . Hudlori MM. dan dibantu oleh bapak H. Narasoma di Pemda Kabupaten Lebak, kemudian pada tahun 1999 diangkatlah Drs. Soleh Rosyad MM sebagai ketua STIE dan STAI cenderung mengalami peningkatan setiap tahunnya.
Pada tahun 2003 sudah akreditas “B” dari BAN, sementara itu STAI yang masih dalam proses akreditasi dan menambah program studi D II sehingga jumlah Mahasiswa meningkat dengan tajam. Pada tahun 2005 jumlah Mahasiswa STIE bertambah sekitar 450 orang sedangkan Mahasiswa STAI sekitar 850 orang. Kemudian pada awal tahun 2008 STAI sudah mendapat akreditas “B”. Dan sekarang di Perguruan Tinggi La Tansa Mashiro telah didirikan satu akademi kebidanan yang siap menerbangkan sayap dimasyarakat.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar